MODUL PRAKTIKUM - KIMIA LINGKUNGAN
A. TUJUAN
Mengenal,
peduli dan berperan serta dalam masalah lingkungan sekitar UIN bersama RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA
B. PENDAHULUAN
Sampah
yang selama ini teronggok begitu saja, dan terbuang percuma ternyata memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Peluang tersebut ditangkap oleh
salah seorang dosen Program studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi
(FST), Dr. Elpawati,Ir.Mp (46).
Bersama
rekan-rekannya di Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Elpa memanfaatkan sampah di sekitar kampus UIN
menjadi pupuk kompos, dengan teknologi sederhana yang dikembangkannya.
Teknologi ini ternyata mampu dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga dapat
dikembangkan lebih luas.
Akhirnya
tahun 2009, Elpa membuat program rumah kompos secara massal dengan harapan
dapat menjadi solusi penanganan sampah di Jakarta yang kini semakin banyak saja
jumlahnya.
Komposisi
untuk membuat pupuk kompos ini menggunakan sampah dan kotoran hewan disekitar
lingkungan kampus UIN Jakarta. Semuanya menggunakan sampah dan kotoran hewan,
tidak ada campuran bahan kimia. Komposisinya yakni, sampah organik kampus dan
masyarakat sekitar sebanyak 50 persen, sekam bakar 7,5 persen, kotoran sapi 40
persen dan dedak halus 2,5 persen,” ujarnya.
Ternyata
saat pertama kali pupuk kompos ini diproduksi tanpa diduga menurut ibu dari
Fajr Muzzammil dan Sakinah Mawaddah Ramadhaniah ini respon masyarakat cukup
baik. Masyarakat sekitar kampus cukup antutias. Selain harga kompos relative
murah untuk memupuk berbagai tanaman hias maupun tanaman pekarangan, kualitas
pupuknya bagus dan ramah lingkungan.
Melihat
respon yang diterima cukup baik, wanita kelahiran Bengkulu, 4 Desember 1964 ini
beserta teman-temannya bersemangat melanjutkan pembuatan pupuk kompos ini.
Sambil produksi, ia juga selalu melakukan sosialisasi pada masyarakat sekitar tentang
arti pentingnya mendaurulang sampah yang ada di sekitar kita menjadi
bahan-bahan kompos untuk dapat digunakan untuk pupuk tanaman.
Perjuangan
Elpa membuahkan hasil. Dalam waktu singkat, permintaan pupuk kompos hasil
produknya kian bertambah banyak. Usaha yang semula hanya percobaan dan
kecil-kecilan inipun menjadi entitas bisnis yang menarik. Produk-produknya, per
kantong ia tawarkan mulai dari Rp10 ribu per kantong ukuran 5 kg dan Rp 30 ribu
per kantong ukuran 18 kg.
Ia
mengaku harga produknya relative murah dibandingkan produk lain yang sejenis.
Saat ini ia masih memproduksi dalam
tahap perkenalan dan dalam waktu yang tidak lama lagi akan dikembangkan dalam skala industry.
“Para
pengguna mengetahui bahwa pupuk yang kami produksi berkualitas bagus dan cocok
bagi semua tanaman. Saat ini yang paling banyak dipesan adalah ukuran 18
kilogram,”jelasnya berpromosi.
Kini Elpa terus meningkatkan kualitas produksinya.
Kini kapasitas produksinya telah mencapai rata-rata 6 ton perbulan, dengan
omzet rata-rata Rp 5 juta setiap bulannya. Namun meski peminat Pupuk Kompos UIN
Jakarta ini terus meningkat, Elpa mengaku masih banyak kendala. Salah satunya,
pasokan sampah organik dari kampus dan masyarakat sekitar msih sedikit.
“Masih
sedikit masyarakat yang sadar untuk memilah sampah organik dan non organik.
Belum lagi mesin produksi kami yang masih sangat terbatas, jadi kapasitas
produksi sementara ini belum bisa ditambah meski permintaan terus
bertambah,”keluhnya.
C. Alat
& Bahan
-
Sekop -
Plastik
-
Cangkul -
Kotoran sapi/ ternak
-
Mesin pencacah sampah (2) - Fermentasi
E4
-
Pengayak -
Drum
-
Cangkul -
Daun kering/ ranting
-
Timbangan
D. LANGKAH
KERJA
1.
Siapkan alat dan bahan
2.
Bahan yang berupa sampah daun atau
ranting halus dikeringkan
3.
Setelah kering, masukkan dalam mesin
pencacah sampah, hasil masih berupa cacahan kasar
4.
Hasil dari mesin cacahan kasar
dimasukkan kembali dalam mesin pencacah halus. Dengan penambahan larutan
formula di dalam mesin proses penghancuran tersebut.
5.
Hasil dari mesin pencacah halus diayak/
disaring sehingga dapat hasil cacahan sampah yang benar-benar halus
6.
Kemudian pencampuran antara cacahan
halus dengan kotoran ternak dan cairan formula, campur homogen.
7.
Diamkan selama 1 minggu, agar terjadi
proses fermentasi
8.
Setelah 1 minggu didiamkan, lanjut dengn
proses pengepakan dalam kemasan plasik dengan sebelumnya dilakukan penimbangan
sesuai yang dibutuhkan 5/ 18 Kg
9.
Proses finishing dengan pengepressan
atau penjahitan pada kantong kemasan
0 komentar:
Posting Komentar