MODUL
PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
PEMBUDIDAYAAN
JAMUR TIRAM
Disusun
oleh :
Siti
Rahmawati (1110016200007)
Erika
Ristiyani (1110016200017)
Farhana
Iqbalia (1110016200038)
Agia
Ghalby (1110016200049)
A.
Tujuan Percobaan
Mengetahui
teknik pembudidayaan jamur tiram
B.
Pendahuluan
Jamur tiram (Pleurotus
ostreatus) adalah jamur pangan dari kelompok Basidiomycota
dan termasuk kelas Homobasidiomycetes dengan
ciri-ciri umum tubuh buah berwarna putih hingga krem dan tudungnya berbentuk
setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Jamur tiram masih satu
kerabat dengan Pleurotus eryngii dan sering dikenal
dengan sebutan King Oyster Mushroom. Tubuh buah jamur tiram memiliki tangkai yang tumbuh menyamping
(bahasa Latin:
pleurotus) dan bentuknya seperti tiram (ostreatus) sehingga jamur
tiram mempunyai nama binomial Pleurotus ostreatus. Bagian tudung dari
jamur tersebut berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat, hingga putih, dengan
permukaan yang hampir licin, diameter 5-20 cm yang bertepi tudung mulus sedikit
berlekuk. Selain itu, jamur tiram juga
memiliki spora
berbentuk batang berukuran 8-11×3-4μm serta miselia berwarna putih
yang bisa tumbuh dengan cepat.
Di alam bebas, jamur tiram bisa
dijumpai hampir sepanjang tahun di hutan pegunungan daerah yang sejuk. Tubuh
buah terlihat saling bertumpuk di permukaan batang pohon yang sudah melapuk
atau pokok batang pohon yang sudah ditebang karena jamur tiram adalah salah
satu jenis jamur kayu. Untuk itu, saat ingin membudidayakan jamur ini, substrat
yang dibuat harus memperhatikan habitat alaminya.Media yang umum dipakai untuk
membiakkan jamut tiram adalah serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah dari
penggergajian kayu.
Pada umumnya jamur tiram,
Pleurotus ostreatus, mengalami dua tipe perkembangbiakan dalam siklus hidupnya,
yakni secara aseksual maupun seksual. Seperti halnya reproduksi aseksual
jamur, reproduksi aseksual basidiomycota secara umum yang terjadi melalui jalur
spora yang terbentuk secara endogen pada kantung spora
atau sporangiumnya, spora aseksualnya yang disebut konidiospora terbentuk dalam
konidium. Sedangkan secara seksual reproduksinya terjadi melalui penyatuan dua jenis hifa
yang bertindak sebagai gamet jantan dan betina membentuk zigot yang kemudian
tumbuh menjadi primodia dewasa. Spora seksual pada jamur tiram putih, disebut
juga basidiospora yang terletak
pada kantung basidium.
Dalam
menggunakan media pertumbuhan, jerami yang baik untuk dibuat sebagai bahan
media tanam adalah dari jenis jerami yang keras sebab jerami yang keras banyak
mengandung selulosa yang merupakan bahan yang diperlukan oleh jamur dalam
jumlah banyak disamping itu jerami yang keras membuat media tanaman tidak cepat
habis. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jerami sebagai bahan baku
media tanam adalah dalam hal kebersihan dan kekeringan, selain itu jerami yang
digunakan tidlak busuk dan tidak ditumbuhi jamur jenis lain. Media yang terbuat
dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya. Kadar air diatur 60 - 65 % dengan
menambah air bersih agar misellia jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari
media tanam dengan baik.
Pada
budidaya jamur tiram suhu udara memegang peranan yang penting untuk mendapatkan
pertumbuhan badan buah yang optimal. Pada umumnya suhu yang optimal untuk
pertumbuhan jamur tiram, dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang
memerlukan suhu udara berkisar antara 22 - 28 OC dengan kelembapan
60 - 70 % dan fase pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16
- 22 OC.
Tingkat
keasaman media juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur tiram. Apabila
pH terlalu rendah atau terlalu tinggi maka pertumbuhan jamur akan terhambat.
bahkan mungkin akan tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur
tiram itu sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan
menggunakan kapur (Calsium carbonat).
Berdasarkan penelitian Sunan
Pongsamart, biochemistry, Faculty of Pharmaceutical Universitas Chulangkorn,
jamur tiram mengandung protein, air,
kalori,
karbohidrat,
dan sisanya berupa serat zat besi, kalsium,
vitamin B1,
vitamin B2,
dan vitamin C.
Kandungan gizi jamur tiram
menurut Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. Protein
rata-rata 3.5 – 4 % dari berat basah. Berarti dua kali lipat lebih tinggi
dibandingkan asparagus dan kubis. Jika dihitung berat kering. Kandungan
proteinnya 10,5-30,4%. Sedangkan beras hanya 7.3%, gandum 13.2%, kedelai
39.1%, dan susu sapi 25.2%. Jamur tiram juga mengandung 9 macam asam amino
yaitu lisin,
metionin,
triptofan,
threonin,
valin,
leusin,
isoleusin,
histidin,
dan fenilalanin.
72%
Lemak dalam jamur tiram adalah
asam lemak tidak jenuh sehingga aman dikonsumsi baik yang menderita kelebihan
kolesterol (hiperkolesterol) maupun
gangguan metabolisme lipid lainnya. 28% asam lemak jenuh serta adanya semacam
polisakarida kitin
di dalam jamur tiram diduga menimbulkan rasa enak. Jamur tiram juga mengandung vitamin
penting, terutama vitamin B, C dan D. vitamin B1 (tiamin),
vitamin B2 (riboflavin),
niasin
dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur
tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Kalium, Fosfor, Natrium,
Kalsium,
dan Magnesium.
Mineral utama tertinggi adalah : Zn, Fe, Mn, Mo, Co, Pb. Konsentrasi K, P,
Na, Ca dan Me mencapai 56-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%.
Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jarum tiram kandungannya rendah,
sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari.
Media tanam Pleurotus
ostreatus yang digunakan adalah jerami yang dicampur dengan air, dedak 10%
dan kapur 1%. Fungsi dari jerami adalah sebagai
bahan dasar dari pertumbuhan jamur. Jerami mengandung lignin, selulosa,
karbohidrat,
dan serat yang dapat didegradasi oleh jamur menjadi karbohidrat yang kemudian
dapat digunakan untuk sintesis protein. Air pada jerami berfungsi sebagai pembentuk
kelembapan dan sumber air bagi pertunbuhan jamur. Dedak dan kapur merupakan
bahan tambahan pada media tanam Pleurotus ostreatus. Dedak ditambahkan
pada media untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber
karbohidrat, karbon, dan nitrogen. Kapur merupakan sumber kalsium bagi
pertumbuhan jamur.Selain itu juga kapur berfungsi untuk mengatur pH media
pertumbuhan jamur.
Selain jerami, media lain yang
dapat digunakan seperti media serbuk gergaji yang mengandung selulosa,
lignin,
pentosan, zat ekstraktif, abu, jerami padi, media
limbah kapas, alang-alang, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, gabah
padi, dan lain sebagainya.Tetapi, tetap saja pertumbuhan yang paling baik ada
di media serbuk gergaji dan merang. Penyebabnya adalah karena jumlah lignoselulosa, lignin, dan serat pada serbuk gergaji
dan merang memang lebih tinggi. Sebagai contohnya dalam pembuatan media jerami
padi, bahan-bahan yang digunakan adalah 15-20% jerami padi, 2.5% bekatul kaya
karbohidrat, karbon, dan vitamin B komplek yang bisa mempercepat pertumbuhan dan
mendorong perkembangan tubuh buah jamur, 1-1.5% kalsium karbonat atau kapur
menetralkan media sehingga dapat ditumbuhi oleh jamur (pH 6,8 – 7,0). Selain itu,
kapur juga mengandung kalsium sebagai penguat batang / akar jamur agar tidak
mudah rontok. 0.5% gips dapat memperkokoh struktus suatu bahan campuran, dan
terakhir 0.25% pupuk TS sebagai nutrisi.
C.
Alat dan Bahan
·
Botol kaca
·
Mesin steam
·
Pengayak
·
Corong
·
Sekop
·
Pembakar spirtus
·
Korek api
·
Kapas
·
Plastik
·
Alkohol
·
Spatula
·
Biang jamur
·
Air 65-70%
·
Dedak 10-20%
·
Serbuk kayu 100%
·
Jagung halus 1-2%
·
Serbuk kapur
·
Gas 12 Kg
D.
Langkah Kerja
a. Pembuatan
bibit
1. Bersihkan
botol yang akan dijadikan tempat bibit dengan pencucian menggunakan air bersih
2. Lakukan
pengayakan serbuk kayu dan serbuk kapur sehingga yang digunakan hanya yang
halus saja.
3. Campurkan
serbuk kayu dan kapur halus, jagung halus, dedak, kemudian tambahkan air dan
diaduk hingga membentuk adonan basah
4. Masukkan
adonan tersebut ke dalam botol yang telah dicuci
5. Tutup
botol dengan kapas secukupnya
6. Masukkan
botol berisi bibit ke dalam mesin steam. Lakukan steam selama 12 jam
7. Pesiapkan
proses inkubasi. Lakukan sterilisasi alat inkubasi dengan cara menyemprotkan alkohol
dan pemanasan alat
8. Masukkan
biang (bakal jamur) ke dalam botol berisi bibit yang telah di steam
9. Letakkan
dalam lemari penyimpanan (inkubasi) selama 30 hari (misselium full)
b. Pembuatan
log
1.
Lakukan pengayakan serbuk kayu dan
kapur. Yang digunakan yang halus saja.
2.
Campurkan serbuk kayu, kapur halus,
jagung kering yang telah dihaluskan dan air. Aduk hingga terbentuk adonan basah
3.
Masukkan campuran (adonan log) tersebut
ke dalam plastic
4.
Ikat plastik dengan cincin khusus,
kemudian sumbat dengan kapas
5.
Masukkan log ke dalam mesin steam.
Lakukan steam selama 12 jam
6.
Ambil log yang telah di steam, masukkan
ke dalam lemari inokulasi selama 10 jam (hingga adonan menjadi dingin)
7.
Lakukan sterilisasi alat (spatula, dsb)
dengan menyemprotkan alkohol dan pemanasan serta sterilisasi tangan dengan
alkohol
8.
Ambil bibit yang sebelumnya telah dibuat
dalam botol. Masukkan bibit ke dalam plastik log
9.
Tutup kembali log dengan cara yang sama
(pemasangan cincin dan penyumbatan kapas)
10. Letakkan
log ke lemari penyimpanan inkubasi selama 30 hari (misselium full)
c. Proses
pengembangbiakan jamur
1. Ketika
misselium full, buka pangkal (cincin) log, dan sobek plastik bagian atasnya
2. Lakukan
penyiraman berkala pagi, siang, sore (tingkat kelembaban 70-80%) dengan
memperhatikan suhu sekitar 20-26oC
3. Ketika
jamur sudah tumbuh besar di pangkal log, lakukan pemetikan (panen)
Keterangan : panen
dapat dilakukan setiap hari. Log diganti setiap 3 bulan sekali
0 komentar:
Posting Komentar